Sekitar 500 tahun lalu, Sunan Bonang sedang melakukan perjalanan. Ketika
menemui goa ini, Kanjeng Sunan Bonang terpesona dan seketika berucap,
“Allahu Akbar”. Konon, sejak itulah, goa yang terletak di tengah Kota
Tuban itu disebut Goa Akbar. Versi lain diceritakan, karena sekitar goa
banyak dijumpai pohon Abar. Masyarakat setempat kemudian menyebutnya
Ngabar.Berdasar buku yang dihimpun Dinas Pariwisata Seni dan Budaya
Kabupaten Tuban, kata Ngabar berasal dari bahasa Jawa yang berarti
latihan. Konon, goa ini pernah dijadikan tempat persembunyian untuk
mengatur strategi dan latihan ilmu kanuragan prajurit Ronggolawe, yang
ketika itu berencana mengadakan pemberontakan ke Kerajaan Majapahit.
Pemberontakan itu disulut oleh ketidakpuasan Ronggolawe atas pelantikan
Nambi menjadi Maha Patih Majapahit.Karena seringnya dijadikan tempat
latihan, goa dan daerah sekitarnya dijuluki Ngabar, yang kemudian
seiring waktu menjadi nama dusun yaitu Dusun Ngabar, Desa Gedongombo,
Kecamatan Semanding.
Gua Akbar salah satu tujuan wisata di kota Tuban, Jawa Timur (sekitar
100 km dari Surabaya) menyimpan misteri yang dalam. Sedalam gua yang
panjangnya 1,2 km mulai dari bawah Pasar Baru Tuban sampai ke pantai
Boom di Laut Jawa.
Cerita mengenai asal usul ini memang
berkembang bervariasi. Pastinya, kata Akbar itu kini dipergunakan
Pemerintah Kabupaten Tuban sebagai slogannya. Akbar bermakna Aman,
Kreatif, Bersih, Asri, dan Rapi.Goa Akbar mengandung kisah keagamaan
sangat tinggi. Diceritakan, konon Sunan Bonang mengetahui goa ini karena
diajak Sunan Kalijogo yang saat itu masih bernama RM Sahid. Bila
disimak cerita pada relief di dinding sebelah utara pintu masuk,
digambarkan RM Sahid yang adalah putra Bupati Tuban ke-9 yang bernama
Wilotikto diusir dari rumah karena bertabiat kurang baik. Karenanya ia
dipanggil dengan nama Brandal Lokojoyo. Pertemuannya dengan Sunan Bonang
di Kali Sambung, Brandal Lokojoyo mengatakan kalau rumahnya di
goa.Alkisah, setelah ia terusir, RM Sahid memang tinggal di Goa Akbar.
Perjalanan spiritual RM Sahid alias Brandal Lokojoyo kemudian menemui
jalan kebenaran, dan terakhir menjadi Sunan Kalijogo.
Beberapa
tempat di Goa Akbar akhirnya dipercaya sebagai tempat perjalanan
religius Sunan Kalijogo dan Sunan Bonang, di samping wali-wali yang
lain.Jejak Wali legenda yang terkandung dalam goa itu pun berpadu dengan
kepercayaan dan perkiraan sejarah. Lihat, misalnya, dua buah batu di
mushala sebelum pintu keluar goa. Jika diamati, kedua patung tersebut
mirip dengan bentuk singa. Di depan musholla terdapat ruang yang sangat
luas yang dikenal sebagai Paseban Para Wali, atau tempat para wali
menyampaikan fatwa dan ajaran agama. Paseban itu mirip ruang pertemuan.
Stalagtit
dan stalagmit juga seakan menjadi hiasan ruangan. Itu ditambah dengan
adanya batu-batu besar yang terletak di bagian depan ruang, seakan
menjadi podium bagi pembicara.Ada pula batu yang disebut Gamping Watu
Nogo yang dipercaya sebagai tempat pertapaan Sunan Kalijogo. Di bawah
batu yang menjorok ke depan itu terdapat kolam.Sebagai tempat wisata,
pengelolaan Goa Akbar cukup serius. Mulai dari pintu masuk hingga jalur
menyusuri lorong, sudah dilengkapi bermacam fasilitas untuk kenyamanan
pengunjung. Sepanjang jalan dalam goa disediakan jalur dari paving block
yang dibatasi oleh pagar steinless. Selain pagar pembatas, di sana sini
tertempel larangan balik arah, agar pengunjung tidak sampai kebablasan
tanpa memperhitungkan keselamatan. Di berbagai tempat dipasang lampu
warna-warni sehingga kian membuat suasana nyaman.Berbagai cerita yang
terkandung di dalamnya, menjadikan tempat ini sangat penting. Selain
menarik sebagai tempat wisata, Goa Akbar juga memiliki arti penting bagi
ilmu pengetahuan, baik sejarah, arkeologi, maupun agama. Namun, kondisi
goa ini mesti dijaga bersama. Jangan sampai bernasib kurang bagus
seperti banyak terjadi di tempat-tempat bersejarah lain.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteTUBAN kota SUNAN...
ReplyDelete