Candi Kidal terbuat dari batu andesit dan berdimensi geometris vertikal. Kaki candi nampak agak tinggi dengan tangga masuk keatas kecil-kecil seolah-olah bukan tangga masuk sesungguhnya. Ukuran tubuh candi lebih kecil dibandingkan luas kaki serta atap candi, sehingga menekankan kesan ramping. Atap candi terdiri atas tiga bagian dengan bagian paling atas mempunyai permukaan cukup luas tanpa hiasan atap seperti ratna atau stupa. Masing-masing lapisan disisakan ruang agak luas dan diberi hiasan . Konon katanya tiap pojok lapisan atap candi dulu tempat berlian kecil.
Dilihat dari usianya, Candi Kidal merupakan candi paling tua dari peninggalan candi-candi di Jawa Timur. Hal ini karena periode Airlangga (11-12 M) dan (Kediri (12-13 M) tidak meninggalkan sebuah candi, kecuali Candi Belahan dan Jolotundo yang sesungguhnya bukan merupakan candi melainkan pertirtaan. Bertitik tolak dari uraian diatas, dengan masih memiliki corak Jawa Tengahan dan mengandung unsur Jawa Timuran, maka Candi Kidal dibangun pada masa transisi dari kedua periode tersebut. Bahkan Candi Kidal disebut sebagai prototipe candi periode Jawa Timur-an.
Nama Kidal sendiri sangat mungkin berasal dari bentuk ragam hias candi makam Anusapati yang tidak lazim, dimana umumnya ragam hias terutama relief-relief pada candi bersifat paradaksina (sansekerta = searah jarum jam, dari kanan ke kiri), tetapi Candi Kidal justru bersifat prasawya (sansekerta = berlawanan arah jarum jam, dari kiri ke kanan). Kidal sendiri dalam bahasa Jawa Kuno bermakna "kiri".
[navigasi.net] Budaya - Candi Kidal Motif hiasan yang berbentuk medalion yang dipenuhi beragam hias tumbuh-tumbuhan, bunga-bungaan dan sulur-suluran | ||
Sebuah pertanyaan, mengapa dipahatkan relief garuda (garudeya) pada candi kidal ? Apa hbungannya dengan Anusapati ? Kemungkinan besar sebelum meninggal, Anusapati berpesan kepada keluarganya agar kelak dicandi yang didirikan untuknya supaya dibuatkan relief Garudeya. Dia sengaja berpesan demikian karena bertujuan meruwat ibunya, Kendedes, yang sangat dicintainya, yang selalu menderita dan selama hidupnya belum sepenuhnya menjadi wanita utama.
Legenda ....................
Dalam kesusasteraan Jawa kuno, terdapat cerita populer dikalangan rakyat yaitu Garudeya, yakni kisah perjalanan garuda dalam membebaskan ibunya dari perbudakan dengan penebusan air suci amerta.
[navigasi.net] Budaya - Candi Kidal Relief Garudeya dengan air amerta, terletak disisi timur candi | ||
Para ular tahu bahwa ibu mereka salah. Mereka memberi tahu Kadru, ibunya. Kadru kemudian membuat rencana agar anak-anaknya, para ular mengubah warna ekor kuda Uccaihswara dengan bisanya. Usaha ibu beranak itu berhasil, Winata kalah dan dijadikan budak oleh Kadru. Sejak saat itu Winata diperintahkan melayani segala keperluan Kadru dan mengasuh ketiga ular setiap hari. Winata selanjutnya meminta tolong pada Garudeya, anaknya utnuk membantu (relief pertama).
Ketika Garudeya tumbuh besar, dia bertanya kepada ibunya mengapa dia harus menjaga ketiga saudara angkatnya. Setelah diceritakan tentang pertaruhan kuda Uccaihswara, maka Garudeya mengerti. Ditanyakanlah kepada ketiga ular tersebut bagaimana caranya supaya ibunya dapat terbebas dari perbudakan ini. Dijawab oleh ular "bawakanlah aku air suci amerta yang disimpan di kahyangan serta dijaga para dewa dan berasal dari lautan susu". Garudeya menyanggupi dan segera mohon ijin ibunya untuk berangkat ke kahyangan.
[navigasi.net] Budaya - Candi Kidal Relief Garudeya mengendong ibunya, terletak disisi utara candi | ||
Sejak saat itu pula Garudeya menjadi tunggangan Batara Wisnu. Dan dengan bekal air suci amerta inilah akhirnya Garudeya dapat membebaskan ibunya dari perbudakan atas Kadru. Hal ini digambarkan pada relief ketiga dimana Garudeya dengan gagah perkasa menggendong ibunya dan bebas dari perbudakan.
Disadur dari artikel wisata Candi Kidal dan buku Petunjuk Wisata Sejarah Kabupaten Malang
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteWah, suka ke candi-candi juga ya?
ReplyDeleteMampir juga ke blog saya di http://www.malangartchannel.com/2016/07/sejarah-candi-kidal-sudah-lupa.html